Zulfa Blog's

Gallery
















HARI YANG ANEH 09.24

Kabut pagi ini masih tebal, membawa dinginnya dibuta ini, embun diatas ilalang tak jua mengering, dan burung seriti itu beterbangan tak tentu arah.
Pagi yang cerah, angin berhembus lembut mendamaikan hati, terlintas di fikiranku sepotong wajah yang selalu mengusik hati, wajah yang selalu membuatku merasa kanngen berat. Wajah itu lembut, putih langsat, dan Nampak selalu senyum merendahkan hati. Dian! Itulah nama empunya wajah cantik itu.
Dian. namanya begitu sederhana, tapi gadis ini tak kalah indah, dia begitu sederhana, baik, dan tidak pernah sombong terhadap siapapun!
Disaat aku merasa sepi karena tak ada seorang pun yang mampu membuatku nyaman, membuatku merasa terlindungi, dan membuat hari-hariku terasa bermanfaat. Disaat hati bertanya-tanya pada Sang pencipta tentang kehidupanku yang sendiri. Kapan seorang bidadari dengan segala kelembutannya itu dating padaku? Sesungguhnya hal itu tak perlu ditanyakan lagi pada Sang khalik, karena aku yakin Dia sudah mengatur segala sesuatu yang berjalan di bumi ini. Aku sebagai mahluk ciptaan-Nya yang lemah hanya bias wait and see.
Disaat itu datanglah sosok yang ku impikan, seorang ghadis dengan sepasang sayap putih lebar tertempel di punggungnya, dengan tongkat yang ia bawa, ia kelihatan lebih indah. Wajahnya tak terlihat jelas, hanya cahaya putih yang ada saat itu. Siapa dia? Benarkah Tuhan mendengar seruanku? Dan kini Dia mengirim bidadari-Nya untuk menemanmiku?
“Bangun! Cepet mandi! “
“Iya bu, sebentar! Masih ngantuk ni..!” jawabku malas. Ibu tak menyerah, diseretnya selimut yang aku gunakan untuk tidur sehiongga aku merasa kedinginan, dan ibu mengoyok-oyok tubuhku hingga aku bosan dengan gangguan tidur semacam ini. Seprti biasa, ibu lagi-lagi membuat tidurku tidak nyaman. Lalu dengan malas aku ke kamar manid dengan mata yang masih merem-melek!
Sejam kemudian aku, ibu, bapak, adik dan masku berkumpulk di meja makan. Acaranya sekarang adalah sarapan pagi.aku suka dengan acara seperti ini, karena kamiu jarangt banget kumpul keluarga seperti yang aku lakukan pagi ini. Bapak sibuk dengan sawahnya, ibu sibuk dengan sapinya, adik sibuk dengan temen-temen mainnya, dan kakakku masih sibuk dengan ujiannya. Hari ini hari minggu, kami semua makan dengan khidmad, berbincang-bincang dengan banyak hal.
“Bagaiman dengan ujianmu, le?” Tanya bapakku pada masku. “ Insya Allah udah siap kok pak!” jawab masku yakin. “yang penting kamu tetep belajar terus ya, le!” kini suara ibu terdengar lebih meyakinkan. “bapak ma ibu selalu mendo’akanmu kok, le! Asal kamu sekolahnya yang bener.” Tambahnya. “ enggih bu!” jawab kakakku sambil manganggukkan kepalanya.
“Kalau kamu gimana sekolahnya? Gak ada masalah kan , le?” giliran bapak menanyaiku. “ baik-baik juga kok pak, malah sekarang aku senang dengan pelajarannya.
“Lho, emang kemaren-kemaren gak suka ya?” Tanya adikku yang masih kecil. Dia baru kelas 4 SD di MI MAARIF, sekolahanya tidak jauh dari tempat kami bernaung, sekitar satu kilometer dari rumah, untuk sampai ke sekolah adikku jalan kaki bersama teman-teman yang lainnya.
“E…h bukannya gitu, dik!” jelasku
“Lha terus apa dong kak?” bapak, ibu sama kakak hanya tertawa kecil melihat kami berdua berdebat. Tak seharusnya kejadian ityu tewrjadi saat sarapan begini. Ah adikku…
“ Nanti setelah makan, bantu ibu cari rumput ya, le!” pinta ibu pada kami berdua, aku dan kakakku, adikku hanya akan mengotori halaman rumah bersama teman temannya.
“O…enggih bu!” jawabku sambil menganggukkan kepala. Lalu ibuku keluar dengan membawa senjata yang basa kami gunakan untuk merumput. Arit! Ityulah nama benda yang kami gunakan. Alatnya hamper sam dengan pisau belati, hanya kalu arit lebih besar dan menyerupai clurit! Bias dibilang sbitlah!
“ Ibu tak ngasah arit dulu ya, biar landhep” kata ibu sebelum beliau pergi.acara makan selesai dan acar ‘bekerja’ dimulai. Ayah mengambil seragam sawahnya yang dekil, dan sepatuinya yang besar tinggi itu beliau kenakan untuk melindungi kakinya. Dan ibu siap dengan sabitnya, bersamaan dengan siapnya kami berdua, aku dan kakakku pergi cari makan buat si-emoh.
“Jangan lupa bawa ‘mujah’nya. Nanti biar gak sakit!” pinta ibu kepadaku. “ siap bu!perlengkapan sudah siap!” jawabku dengan suara senang. “ bagus, le! Nanti bawanya sedikit-sedikit aja, jangan kayak dulu, kalo ‘kabotan’ lagi yang payah ibu!oke?” kata-kata ibu terus kami dengar, sebelem ibu pergi mengambil sabit ia tersenyum dan dengan wajah tuianya itu bibir ibu komat-kamit entah apa yang beliau ucapkan.
“Aku dan mas pergi duluan aja ya, bu! Ntar ibu nyusul kesana” pintaku kepada ibu yang masih siap-siap. “ ya udah sana duluan gak apa-apa, nanti ibu menyusul.” Jawabnya ringan dengan muka jernih meski termakan usia.
Aku dan masku mulai berjalan menuju tempat yang banyak rumputnya. Dan kami senang dengan pekerjaan ini. Mmbutuhkan waktu dua jam untuk menyelesaikan tugas ini. Dan butuh waktu tiga puluh menit untuk kembali pulang. Jadi rata-rata kami merumput selam dua setengah jam. Siang ini panas sekali, musim hujan mungkin dimulai minggu depan, aku merasa lapar dan haus, aku duduk dibawah pohon gnetum gnemon yang ada di ujung ‘galengan’ ini. Kurasakan udara berubah menjadi sejuk, panas matahari sudah tak terasa menghujami diriku yang kecil, rasa laparpun seperti agak berkurang setelah aku menduduki bawah pohon gnetum gnemon ini.
Ku lihat ibuku berjalan mendekatiku, dengan senyumnya yang khas ibu mengulurkan tangannya yang lembut, lalu membawaku melayang menjauhi bumi, ke tempat yang belum pernah aku jamahi, tak ada batasan, terang, dan sulit untuk keluar kembali ke bumi. Tak ada tanda apapun disana, hanya terlihat sekelomp[ok makhluk kecil dengan topi seragam, kira-kira mereka berjumalah sepuluh. Badannya pendek, kakinya tegap, dan sesuatu yang membuatku geli yaitu sepatunya yang besar dan sama sekali tidak cocok dengan ukuran badannya. Aku rasa mereka juga merasakan hal yang kurasakan mengenai sepatu besar itu. Mereka pasti merasa keberatan memakai sepatu yang diberikan ibu mereka, tapi wajah yang mereka tunjukkan berbeda, mereka malah memamerkan kekompakkan mereka dengan gaya berjalannya yang terkesan seperti tentara jadul alias jaman dulu.
“Ada yang aneh dengan kami?” salah satu dari mereka bertanya dengan gaya bicara aneh. Aku menggeleng, “lalu kenapa kamu memandang kami dengasn tatapan seperti itu?”. Aku pun hanya bias menggeleng, wajahnya yang berubah menjadi marah itu membuatku kehilangan percaya diri. Seolah ia tak mengijinkankan aku untuk menjawab pertyanyaannya.
“Sudah berapa lam kamu disini?” mereka sekali lagi bertanya, dan sekali lagi pula aku menggeleng, mereka semakin penasaran dengan sikapku pada mereka, lalu salah satu dari mereka bertanya dengan sopannya. “ dengan siapakah anda kemari?”. “dengan ibu!” kuberanikan untuk menjawab. “dimana sekaang ibumu, nak?” tanyanya lagi. “ aku tak tahu kemana ibu pergi. Seingatku aku diajak ke tempat aneh seperti ini dan ibu menghilang begitu saja.” Kuceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Tapi aku semakin bingung.
“Anda tahu apa nama tempat ini?.” Kutanyakan hal itu karena aku benar-benar bingung diman tempat yang sebenarnya sedang ku injak ini? Masihkah di bumi? Atau di luar angkasa? Aku tak ambil pusing, aku hanya menunggu jawaban dari mereka yang kukira juga lebih mengerti tentang tempat aneh ini.
“Benarkah kamu tidak tahu dimana kita sekarang ini?” mereka balik nanya kepadaku, lalu aku menggeleng dan si tua pendek itu mendekat, “ Kasihan sekali kamu nak!”
“kamu mengalami nasib seperti kami, nak! Kamu terjebak di tempat yang tak ada seorang pun mengetahuinya. Apa kamu ingin kembali?”. Aku mengangguk. Dipanggilnya sebuah kendaraan aneh berbentuk bulat tak bermesin itu ke hadapanku, aku terheran-heran. “Kalian menyuruhku menaiki kendaraan aneh ini?” tanyaku heran. “ya, kecuali kau akan tetap disini!” jawabnya ketus. Tanpa piker panjang kali lebar aku menaiki kendaraan itu.
“ Lan, Alan..!”
“ Ada apa? Apa yang terjadi? Dimana kEndaraan ajaibku?”
“Ah, kamu ngomong opo? Dari tadi kamu dicariin ibu, kemana aja kamu?” ternyata itu masku,
“ Aku baru saja berpetualangan dengan sepuluh liliput di negeri tak dikenal.” Jawbku.
“ Waduh, kamu makin ngawur ni ngomongnya.”
“ Bener mas, tadi aku kesana sama ibu, kakak ga ikut sih!” jawabku meyakinkan.
“ Ha?sama ibu? Kemana? Seharian ibu nyari kamu je. Apa itu alas an kamu buat gak ikut merumput?hayo…!” goda kakakku.
“ Ah, ya sudahlah! Mas paling-paling juga gak percya.”
“Percaya apa? Ah, sudah yuk kita pulang! ibu nunggu dirumah tuh.” Pinta kakakku tergesa-gesa.
Kulihat sebuah pohon gnetum gnemon yang berdiri kokoh itu. Ada apa dengan pohon itu? Aku semakin penasaran dengannya, rasanya aku pengen maen kesana lagi, biar aku bias menaiki kwendaraan aneh itu.
Tiba dirumah kulihat ibu khawatir denganku, beliau terus menerus mewnghujani aku dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama. “ kemana saja to kamu itu le? Bikin orang bingung saja!”. “mbok ya bilang kalau mau pergi main!” begitu terus menerus beliau luncurkan hingga beliau merasa bosan dan melanjutkan memasaknya. Sementara aku masih mencoba menjawab teka-teki itu.
“ Biarkan hanya aku yang merasakan hal seperti itu.” Bisikku dalam hati. Ku jatuhkan tubuhku di atas kasur busa tipis itu. Terasa lelah sekali.

Kesabaran Seorang Istri Yang Shalehah 09.22

Kisah Perjalanan Cinta Yang MengHarukan... ^_^
Bagikan
Kam pukul 16:37
Cerita ini adalah kisah nyata… dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya.

Bacalah, semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua.

***

Cinta itu butuh kesabaran…

Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???

Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita..

Aku menjadi perempuan yg paling bahagia…..

Pernikahan kami sederhana namun meriah…..

Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.

Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.

Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya.

Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu..

Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci….

Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku.

Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.

***

Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami.

Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.

Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku…

Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.

Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku…

Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka…

Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.

Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur’an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.

Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku.

Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.

Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, “Assalammu’alaikum” dan mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup.

Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata “Assalammu’alaikum”, ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.

Lalu.. Ibu nya berbicara denganku …

“Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri”.

Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.

Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.

Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, ”lebih baik kau pulang saja, ada
kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. ”

Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah ataupun tidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.

Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.

***

Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain.

Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.

Aku bertanya, ”Ada apa kamu memanggilku?”

Ia berkata, ”Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang”

Aku menjawab, ”Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?”

“Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mama ku”, jawabnya tegas.

“Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?“, tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.

”Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti”, jawabnya tegas.

”Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?”, lanjut nya lagi sambil memelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya.

Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.

Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena suamiku sangat sayang padaku.

Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.

Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.

Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.

Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.

Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku.

Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya.

Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.

***

Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang.

Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.

Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..

Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku.

Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, “kapankah ia segera pulang?” aku tak tahu..

Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku..

Lebih baik aku tutupi dulu tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.

Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung…

Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk.

Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms.

Ia menulis, “aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi”.

Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah.

Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini.

Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami.

Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya..

Masya Allah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku..

Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.

Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengeelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka’at.

***

Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.

Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?

Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuakudan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, “Loe pikir aja sendiri!!!”. Telpon pun langsung terputus.

Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.

Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah.

Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang.

Aku hanya berdo’a semoga suamiku sadar akan prilakunya.

***

Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan.

Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.

Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.

Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamiku memanggilku.

“Ya, ada apa Yah!” sahutku dengan memanggil nama kesayangannya “Ayah”.

“Lusa kita siap-siap ke Sabang ya.” Jawabnya tegas.

“Ada apa? Mengapa?”, sahutku penuh dengan keheranan.

Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.

Dia mengatakan ”Kau ikut saja jangan banyak tanya!!”

Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.

Dua tahun pacaran, lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.

Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..

***

Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini..

Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya.

Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda.

Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya.

Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.

“Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha”. Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.

”Ada apa ya Nek?” sahutku dengan penuh tanya..

Nenek pun menjawab, “Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!“.

Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?

“Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau.” Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.

Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.

“Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya”, neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.

Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu.

Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, “kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?“

MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..

Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau
kayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.

“Fish, jawab!.” Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.

Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.

”Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami.”

Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.

Aku lalu bertanya kepada suamiku, “Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?”

Suamiku menjawab, ”Dia Desi!”

Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, ”Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?.”

Ayah mertuaku menjawab, “Pernikahannya 2 minggu lagi.”

”Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok”, setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.

Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku..

Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?

Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, “sudah tidak cantikkah aku ini?“

Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.

Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu.

Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, “terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?.”

Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampo.

Dalam hatiku bertanya, “mengapa ia sangat cuek?” dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, “sudah malam, kita istirahat yuk!“

“Aku sholat isya dulu baru aku tidur”, jawabku tenang.

Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku.

Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.

***

Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.

Di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Aku
save di mydocument yang bertitle “Aku Mencintaimu Suamiku.”

Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.

“Apakah kamu sudah siap?”

Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :

“Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..”, perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.

Tiba-tiba suamiku menjawab “Lalu apa Bunda?”

Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar…

“Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?”, pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar.

Dia mengangguk dan berkata, ”Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”, sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.

Dia tersenyum sambil berkata, ”Kita liat saja nanti ya!”. Dia memelukku dan berkata, “bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama”.

Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata, “Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu.. waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah.” Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata, ”Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah”.

Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis.

Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan ia bertanya, ”bunda baik-baik saja kan?” tanyanya dengan penuh khawatir.

Aku pun menjawab, “bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang“. Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.

***

Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.

Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriak mengatakan, “Ayah jangan!!”, tapi aku ingat akan kondisiku.

Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat.

Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. hatiku menangis.

Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini?

Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.

Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana.

Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah.. suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.

“Kamu datang ke sini, aku pun tahu”, ia berkata seperti itu. Aku tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, “maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku”

Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..

Suamiku berbisik, “Bunda kok kurus?”

Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.

Aku pun berkata, “Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi?”

”Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois.” Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.

Lalu suamiku berkata, ”Bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat “seperti itu” dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip (“seperti itu”). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda”

Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.

Aku hanya menjawab, “Aku sudah ceritakan itu kan Yah. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu.“

Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga.

Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.

***

Keesokan harinya…

Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.

Aku pun dilarikan ke rumah sakit..

Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..

Aku merasakan tanganku basah..

Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.

Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, ”Bunda, Ayah minta maaf…”

Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?

Aku berkata dengan suara yang lirih, ”Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah..”

“Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang banget sama Ayah.”

Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata.

Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.

Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku..

Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..

Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.

Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.

Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma? Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku. Dengan Desi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya.”

***

Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.

=====================================================

Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?

Aku dihina oleh mereka ayah.

Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?

Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..

Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah?

Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah..

Aku diusir dari rumah sakit.

Aku tak boleh merawat suamiku.

Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku.

Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.

Aku sangat marah..

Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan
ibunya..

Aku tak mau sakit hati lagi.

Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..

Engkau Maha Adil..

Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..

Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..

Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..

Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..

Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..

Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah..

Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu.

Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui.

Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku.

Aku harus sadar diri.

Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu.

Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?

Ayah.. aku masih tak rela.

Tapi aku harus ikhlas menerimanya.

Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya.

Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku.

Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir.

Sebelum ajal ini menjemputku.

Ayah.. aku kangen ayah..

=====================================================

Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda..

Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini.

Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.

Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.

Bunda akan selalu hidup dihati ayah.

Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah..

Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.

Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu..

Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus.

Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..

Bunda, kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui.

Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku..

Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang.

Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakan apa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja.

Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?

Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana?

Tunggulah Ayah disana Bunda..

Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..


Sumber : dari email kiriman teman



Ingatkan aku untuk selalu berusaha bersyukur di setiap keadaan 09.37


Ingatkan aku untuk selalu berusaha bersyukur di setiap keadaan…. Karena didalam sepahit apapun keadaan, pasti masih ada celah disana untuk ditemukan sebuah alasan untuk bersyukur.

Suatu saat ketika sedang membutuhkan banyak materi untuk sebuah keperluan dan ternyata tak kutemukan selembarpun sesuatu yang bernama rupiah terselip di sakuku, dompet, dan rekeningpun telah lama hanya berisi sederetan angka…. Tanpa isi…. Duh Gusti…. Sambil gigit jari aku berfikir kemungkinan jalan apa yang dapat aku pilih untuk menyelesaikan masalah klasik ini……
Namun bukankah aku masih dikaruniai teman (alhamdulillah, satu celah)? Yah akhirnya kupinjam juga sejumlah uang itu kepada salah satu teman baik, dan keperluan mendesak itupun terselesaikan….

Bukankah KEPERCAYAAN dari teman-temanku yang baik hati untuk meminjamiku sejumlah uang juga adalah sebuah karunia? Sebuah ni’mat dariNYA yang sangat pantas untuk aku syukuri? Alhamdulillah… wasyukrulillah…. Kutemukan satu celah untuk bersyukur meski dalam keadaan pahit

Kenapa tidak mencari “celah” itu diantara serpihan hati yang patah? Diantara bongkahan2 kegagalan, diantara butiran2 kekecewaan, diantara himpitan kesulitan hidup….. dan segudang keadaan pahit yang mungkin kita hadapi di tengah samudra kehidupan ini. Bukankah keadaan2 itu yang seringkali berusaha menggiringku menuju ke arah lubang hitam Kufur Ni’mat? Na’udzubillah…… Alloh… ingatkan hambamu ini untuk selalu bersyukur disetiap keadaan….. suka maupun duka…

Arti Tawa Ikhlas 09.34


Sebagian orang mungkin berkata, tawa adalah luapan emosi sesaat karena lucu.
Pernahkah seseorang menghampiri anda dan melakukan lelucon yang tidak lucu sedangkan
anda membalasnya dengan tatapan kosong?
Dan itu sama sekali tidak membuat anda merasa bersalah.
Namun, tahukah arti dibalik semua lelucon orang2 seperti itu?

Mereka berusaha membuat lelucon agar kita tertawa, agar kita lupa pada masalah2 berat
yang kita hadapi sahari2, agar kita lupa sejenak pada perasaan sedih dan amarah
kita...

Namun apa yang kita balas, tawa secukupnya, tawa seadanya...
Pernahkah kita menghargai usaha mereka dengan tawa ikhlas walaupun lelucon mereka
tidaklah lucu?
Itu jarang kita lakukan, bahkan dengan tatapan kosong, kita mencemooh mereka dengan
kata "garing", cukup mengecewakan untuk orang2 seperti kita yang pernah melakukan hal
demikian.

Yang kita ingat dan kita pikirkan hanyalah perasaan2 negatif kita, perasaan2 seperti
marah, sedih dan masalah2 berat kita.
Mungkin kita akan dianggap gila jika tertawa tanpa alasan yang jelas setiap hari, dan
menganggap air mata dan amarah adalah hal yang wajar kita lampiaskan setiap hari...

Tidaklah mudah mendapatkan teman yang selalu ingin membuat kita tertawa dengan
leluconnya dan yang selalu ingin melihat kita bahagia, jadi, hargailah teman-teman
penuh tawa dan lelucon yang kamu miliki saat ini, karena jika kamu kehilangannya,
ketika kamu menangis, tiada orang kan mampu menghentikan air matamu, dan ketika kamu marah,
tiada orang kan mampu meredupkan amarahmu...

Cerita Dongeng Anak Puteri Tidur 10.02

Cerita dongeng anak berkisah tentang Puteri Tidur. Cerita anak dan kisah anak Puteri Tidur dapat diceritakan sebelum tidur agar anak-anak dapat menambah pengetahuan dan memberikan rasa kasih sayang kepada anak kita :)

Dahulu kala, ada sepasang Raja dan Ratu yang berbahagia, karena setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya Ratu melahirkan seorang Puteri.

Raja dan Ratu mengundang tujuh peri untuk datang dan memberkati Puteri yang baru saja lahir itu.

Dalam acara megah yang diselenggarakan sebagai penghormatan kepada para peri itu, masing-masing peri memberikan berkat kepada sang Puteri.

Peri pertama mengatakan “Kamu akan menjadi Puteri tercantik di dunia.”Peri kedua mengatakan “Kamu akan menjadi seorang Puteri yang periang.”Peri ketiga mengatakan “Kamu akan selalu mendapatkan banyak kasih sayang.”Peri keempat mengatakan “Kamu akan dapat menari dengan sangat anggun.”Peri kelima mengatakan “Kamu akan dapat bernyanyi dengan sangat merdu.”

Peri keenam mengatakan “Kamu akan sangat pintar memainkan alat musik.”

Tiba2 datang peri tua ke tengah acara itu. Ia sangat marah karena tidak diundang. Semua orang memang sudah lama tidak pernah melihat peri tua itu, dan mengira bahwa ia sudah meninggal atau pergi dari kerajaan itu.

Peri tua yang marah itu mendekati sang Puteri dan mengutuknya “Jarimu akan tertusuk jarum pintal dan kamu akan mati!” dan kemudian peri tua itu pun menghilang.

Semua orang sangat terkejut. Ratu pun mulai menangis.

Peri ketujuh mendekati sang Puteri dan memberikan berkatnya “Aku tidak bisa membatalkan kutukan, tapi aku dapat memberikan berkatku supaya Puteri tidak akan mati karena terkena jarum pintal, melainkan hanya tertidur pulas selama seratus tahun. Setelah seratus tahun, seorang Pangeran tampan akan datang untuk membangunkannya.”

Raja dan Ratu merasa sedikit lega mendengarnya. Mereka lalu mengeluarkan peraturan baru bahwa di kerajaan itu tidak boleh ada alat pintal satu pun. Mereka menyita dan menghancurkan semua alat pintal yang ada di kerajaan itu demi selamatan sang Puteri. Pada suatu hari disaat Puteri berusia 18 tahun, Raja dan Ratu pergi sepanjang hari.

Karena kesepian, sang Puteri berjalan-jalan menjelajahi istana dan sampai di sebuah loteng. Disana ia menjumpai seorang wanita tua yang sedang memintal benang menggunakan alat pintal. Karena belum pernah melihat alat pintal, sang Puteri sangat tertarik dan ingin mencoba.

Wanita tua itu sebenarnya adalah peri tua jahat yang dulu mengutuknya. Saat sang Puteri mencoba alat pintal itu, ia pun dengan sengaja menusukkan jarum pintal ke tangan sang Puteri.

Sang Puteri jatuh tak sadarkan diri dan tertidur karena terkena kutukan. Peri tua jahat tertawa puas dan menghilang dalam kegelapan.

Saat Raja dan Ratu kembali, mereka dan seluruh pegawai kerajaan kebingungan mencari sang Puteri. Saat mereka menemukannya, Raja tersadar bahwa kutukan peri tua jahat telah menjadi kenyataan. Sang Puteri lalu dibawa ke kamarnya dan dibaringkan di tempat tidurnya. Raja lalu mengirimkan kabar mengenai peristiwa itu ke peri ketujuh yang baik hati.

Peri ketujuh yang baik hati lalu bergegas ke istana. Ia memutuskan untuk menidurkan semua orang di kerajaan itu supaya kelak saat kutukan sang Puteri berakhir mereka semua akan bangun bersama-sama.

Dalam waktu singkat pohon-pohon besar dan semak belukar yang lebat dan berduri tumbuh di seluruh wilayah kerajaan, sehingga sangat sulit bagi siapapun untuk menerobosnya. Bahkan puncak-puncak istana pun hanya dapat terlihat ujungnya saja. Karena menjadi sangat tertutup, sang Puteri dan seluruh kerajaan menjadi aman, walaupun mereka semua tertidur.

Setelah masa seratus tahun berakhir, seorang Pangeran tampan yang kebetulan sedang berburu di dekat wilayah kerajaan itu melihat pucuk-pucuk istana itu. Ia sudah banyak mendengar cerita tentang kerajaan itu, antara lain tentang istana yang dianggap berhantu, para penyihir, dan cerita-cerita lain yang sangat menyeramkan yang sebenarnya tidak benar.

Karena penasaran, saat kembali dari berburu sang Pangeran mencari orang tua yang paling bijaksana dan pintar di kerajaan untuk menanyakan tentang kerajaan tetangga yang penuh misteri itu.

Orang tua yang bijaksana itu lalu bercerita bahwa menurut leluhurnya, di dalam istana di kerajaan yang misterius itu terbaring seorang Puteri yang paling cantik di dunia, yang tertidur karena terkena kutukan dari peri tua jahat. Sang Puteri akan terus tidur hingga ada seorang Pangeran yang datang untuk membangunkannya.

Pangeran tampan yang pemberani itu lalu bergegas berangkat menuju kerajaan misterius itu. Ia berniat untuk menyelamatkan sang Puteri. Sang Pangeran berjuang menembus semak belukar dan pepohonan untuk dapat mencapai kedalam wilayah kerajaan yang misterius itu.

Sesampainya disana, ia melihat banyak sekali orang dan hewan peliharaan yang terbaring dimana-mana. Tetapi mereka tidak mati, sepertinya mereka hanya tertidur sangat nyenyak. Pangeran lalu masuk ke dalam istana. Disana ia pun melihat seluruh pegawai kerajaan yang tertidur pulas.

Dongeng Puteri TidurSetelah berjalan-jalan menjelajahi istana itu, sang Pangeran berhasil menemukan sang Puteri di sebuah kamar. Sang Pangeran terpesona oleh kecantikan sang Puteri. Pangeran pun berlutut dan memegang tangan sang Puteri. Saat itulah kutukan berakhir dan sang Puteri membuka matanya. Ia menyambut sang Pangeran yang telah lama ia tunggu dengan bahagia.

Dalam waktu yang bersamaan seluruh penghuni istana dan seluruh kerajaan terbangun. Semak belukar dan pepohonan menghilang. Semua orang kembali mengerjakan urusan mereka masing-masing. Raja dan Ratu juga terbangun dan segera menyambut sang Pangeran dari kerajaan tetangga itu.

Tak lama kemudian, sang Puteri dan sang Pangeran tampan menikah. Mereka lalu hidup berbahagia selamanya.

Dongeng anak populer, “Puteri Tidur” (Sleeping Beauty), disadur dari berbagai sumber.
Sumber: www.ceritaanak.org

Tantangan Mengajar Anak SD 09.32

Mengajar anak SD ternyata nggak gampang. Kata orang, mengajar anak SD itu merupakan hal yang paling mudah. Tapi ternyata itulah hal tersulit apalagi mengajar anak SD kelas 1,2, dan 3. Pada usia-usia yang seperti itu, mereka sedang berada pada fase peralihan dari fase bermain ke fase belajar. Begitupun dengan keadaan psikologis mereka. Pikiran mereka masih ingin main, main, dan main. Nah disinilah dituntut peran guru yang memang benar-benar mampu mengimbangi keadaan psikologis anak dengan kewajiban si anak untuk belajar. Sang guru dituntut untuk mampu menarik perhatian si anak sehingga si anak tertarik dengan pelajaran yang sedang diajarkan. Anak didik akan menyukai dan senang denga satu mata pelajaran diawali dengan menyukai sang guru terlebih dahulu. Guru harus memiliki sifat flexible dan kreatif serta menghindari sifat monoton supaya anak murid tidak merasa bosan. Jika kondisi tersebut terjadi, maka guru bisa mengkombinasikan pelajaran dengan permainan. Buatlah pelajaran menjadi semenarik mungkin dengan menggunakan metode-metode yang disukai oleh anak didik. Sebagai contoh, dalam mengajarkan alphabet ataupun angka, guru bisa mengajarkannya sambil bernyanyi. Biasanya anak-anak akan tertarik dan ikut bernyanyi. Selain itu, dalam mengajarkan membaca, guru bisa mengajarkannya dengan menggunakan metode mendongeng.


Selain itu, jika mood mereka sedang jelek, sang guru deh yang harus mengalah dan kemudian menuruti mood si anak atau istilah pendidikannya memasuki dunia anak yang kemudian jika anak sudah bisa berbaur dengan guru maka guru harus mampu membawa mereka kembali ke dunia semula alias belajar – mengajar. Menjadi guru SD harus extra sabar. Disinilah kesabaran diuji. Jangan mudah marah dan jangan pantang menyerah dalam mengajar mereka. Guru terutama guru SD harus menghindari atau kalau bisa membuang jauh-jauh sifat pemarah dalam mengajar. Anak SD memiliki perasaan yang lebih peka dibandingkan dengan anak SMP ataupun anak SMA. Mereka lebih mudah untuk dekat, suka, dan benci pada sesuatu hal.


Saya juga mengajar anak SD. Saya telah mengajar sejak dua tahun yang lalu. Murid saya namanya Balqis (nama samaran). Dia duduk di bangku kelas 2 SD. Anaknya pintar, cerdas, cantik, suka cerita. Kalau sedang belajar, dia suka bercerita tentang teman-teman kelasnya, main tebak-tebakkan, dan. Tidak masalah bagi saya selama dia menangkap apa yang sedang saya ajarkan dan dia mengerti. Selain itu, saya sering memberi selingan dengan belajar buku cerita untuk melatih dia membaca .


Dalam mengajar anak SD yang sedang berada di dalam fase peralihan dari bermain ke fase belajar, guru jangan memaksa anak untuk terus belajar secara monoton. Mereka akan merasa jenuh dan bosan yang akan menjadi titik awal dari ketidaksukaan mereka terhadap pelajaran tersebut. Sesekali masuklah ke dalam dunia mereka dan bawa mereka kembali ke dunia kita untuk menarik perhatian mereka. Bersabar dalam menghadapi mereka adalah kunci utama untuk berhasil mendidik mereka menjadi anak yang pintar. Dan tetap semangat.!!!!

Menjadi Positive Thinker 16.03

Anda adalah *positive thinker* jika Anda berani dan mandiri.

*Memahami Emosi*

Anda adalah *positive thinker* jika Anda menghadapi emosi negatif dengan
kemauan untuk belajar. Jika Anda memahami, bahwa emosi adalah sinyal yang
menjadi salah satu panduan dalam menentukan perilaku.

Anda adalah *positive thinker* jika Anda bisa melihat dan merasakan bahwa
emosi adalah pesan. Jika Anda merasa nyaman, Anda tahu bahwa Anda telah
mengerjakan hal yang benar, dan Anda meneruskan atau mengulanginya. Jika
Anda merasa tidak nyaman, Anda tahu ada sesuatu yang salah. Anda tahu bahwa
Anda harus berhenti, melakukan analisis terhadap perilaku diri, belajar dari
kesalahan, merubah strategi, dan kemudian melanjutkan hidup Anda.

Anda adalah *positive thinker* jika Anda mau belajar memahami emosi Anda.

*Action Oriented*

Anda adalah *positive thinker* jika Anda berorientasi pada tindakan. Jika
Anda melihat kekurangan, Anda bertindak untuk mengisinya. Jika Anda
menghadapi hambatan, Anda bertindak untuk menyingkirkannya. Jika Anda
merasakan ancaman, Anda bertindak untuk mengantisipasinya. Jika Anda melihat
peluang, Anda bertindak untuk mengambilnya. Jika Anda merasa berkelebihan,
Anda bertindak untuk mempertahankan dan berbagi dengan orang lain.

Anda adalah *positive thinker* jika tidak terpaku dan berhenti hanya pada
retorika *"Saya bisa!" "Saya bisa!" "Saya bisa!"*

Anda adalah *positive thinker* jika Anda melanjutkannya dengan berkata: *"Sikat
bleh…!"*

*Bersyukur dan Bersabar*

Anda adalah *positive thinker* jika Anda membiasakan diri untuk yang
bersyukur di kala senang dan bersabar di kala susah.

*Jebakan Negative Thinking*

*Positive thinking* adalah sesuatu yang jelas lebih baik. Ia lebih identik
dengan kebahagiaan dan kesuksesan. Mengapakah masih banyak orang yang
terjebak pada *negative thinking *?

Kebiasaan berpikir negatif yang dilakukan dan terjadi bertahun-tahun, bisa
menjadi jalan hidup. Saat berpikir negatif telah menjadi jalan hidup, maka
itulah jalan hidup yang normal bagi* negative thinker* . Dengan jalan hidup
yang dianggap normal itu, mereka merasa bahwa apa yang perlu diubah adalah*dunia
*, bukan *diri* mereka sendiri.

Bukankah jauh lebih mudah mengubah diri sendiri dari pada dunia dan
seisinya?

Memahami kenyataan itu dengan lebih baik, akan menaikkan kecerdasan emosi
Anda, kecerdasan spiritual Anda, dan sekaligus kecerdasan intelektual Anda.
Itu artinya, Anda akan menaikkan kecerdasan individual Anda, kecerdasan
sosial Anda, dan bahkan kecerdasan finansial Anda.

Bukankah itu semua yang akan membuat Anda sukses dan berbahagia?

Oleh sebab itu, waspadailah jebakan *negative thinking* yang akan membuat
hidup Anda menjadi sengsara dan lebih sulit dari semestinya. Kebahagiaan dan
sukses Anda ada di depan mata, dan untuk mendapatkannya Anda tidak perlu
merubah dunia. Ubahlah diri Anda.

Jika Anda tidak ingin memilih jalan hidup sebagai *negative thinker*, tips
dari Chuck Gallozzi berikut ini bisa Anda pelajari dan pahami.

*Kesalahan atau Kegagalan*

Berhentilah untuk terus mengatakan:

*"Ya sudahlah, Saya memang begini."
"Saya memang loser."
"Gua emang salah mulu!"
"Saya ternyata bodoh."
"Gagal maning gagal maning…"*

(Itu sebabnya si Ucil selalu berhasil)

Ketahuilah bahwa Anda bukanlah kegagalan itu sendiri, ketahuilah bahwa Anda
bukan kebodohan itu sendiri. Anda tidak serta merta menjadi gagal atau bodoh
hanya karena rencana yang meleset. Anda hanya mengalami *"temporary defeat"
* alias kekalahan sementara. Semua kegagalan dan kesalahan adalah bagian
dari *training* kehidupan Anda. Salah dan gagal adalah syarat mutlak untuk
mencapai sukses dan bahagia Anda.

*Amarah*

Lepaskan amarah Anda. Ingat, bukan lampiaskan. Amarah akan menyakiti hati
orang lain. Lebih dari itu, amarah akan menyakiti hati Anda sendiri.
Lepaskanlah amarah Anda dan obati luka hati dengan sikap memaafkan.

*Semangat*

Untuk apapun yang Anda merasa "harus", "mesti", atau "wajib" melakukannya,
ubahlah frasa di kepala Anda menjadi lebih positif. Ubahlah "Saya harus"
menjadi "Saya mau…, sebab…. Jadi…"

*"Saya mestinya menurunkan berat badan"*

gantilah kalimat itu menjadi

*"Saya mau menurunkan berat badan, sebab Saya akan merasa lebih baik,
terlihat lebih baik, panjang umur, dan lebih PD. Jadi, Saya bergabung ke
fitness club dan memperbaiki pola makan." *

*Bisa Atau Tidak Bisa*

Berhentilah berpikir "Saya tidak bisa" sebab itu cuma jalan buntu. Dengan
kalimat itu Anda tidak akan kemana-mana. Katakanlah "Saya akan…, jika…"

*"Saya tidak bisa mengangkat barbel seberat itu"*

gantilah kalimat itu menjadi

*"Saya akan bisa mengangkatnya dalam dua minggu, jika Saya menambah beban
Saya setengah kilo setiap hari." *

*Kendali Emosi*

Satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas emosi adalah diri Anda
sendiri. Orang lain tidak akan menciptakan emosi apa pun pada diri Anda
kecuali Anda membiarkannya.

Orang lain tidak dapat membuat Anda kecewa, frustrasi, atau bersedih hati,
kecuali Anda membolehkannya. Jika itu terjadi, maka itu terjadi karena Anda
membiarkannya. Terjadi atau tidak terjadi, adalah pilihan Anda sendiri.

Jika Anda bertemu dengan orang yang membuat *mood* Anda rusak, berhentilah
untuk bereaksi secara spontan sehingga Anda marah atau kecewa. Berdiam
dirilah sebentar, pikirkanlah apa yang membuat orang itu merasa tidak nyaman
sehingga ia merasa perlu memprovokasi Anda.

Ketahuilah, bahwa orang yang demikian sebenarnya sedang memerlukan
restorasi, pembaharuan, revitalisasi, *recharge*, atau bahkan nasehat. Anda
bisa berperan dan menyumbangkan sesuatu baginya. Itulah yang membuat Anda
merasa berguna.

*Sensitifitas*

Jangan terlalu sensi, jadilah kuat. Berhentilah menginterpretasikan
pandangan dan bicara orang sebagai serangan. Ingatlah bahwa mereka hanya
memandang dan berbicara. Itu saja. Orang yang kasar dan keras kepada Anda
sekalipun, belum tentu tidak menyukai Anda. Bisa jadi, mereka justru sayang
dan cinta kepada Anda.

Apa yang sering terjadi adalah seperti contoh berikut ini.

Saat Anda merasakan boss Anda bersikap buruk kepada Anda, bukanlah kejadian
itu yang membuat Anda merasa buruk. Kejadian itu hanya memicu pengalaman
masa lalu Anda, misalnya saat Anda kecil, ketika Anda melakukan sesuatu yang
kemudian membuat ayah Anda marah. Itulah yang membuat Anda merasa buruk.
Ayah Anda, jelas sayang dan cinta kepada Anda.

Oleh sebab itu, hiduplah di masa sekarang dan bukan masa lalu. Anda bukan
anak-anak, melainkan manusia yang telah dewasa. Pahamilah bahwa orang itu
boss Anda, dan bukan ayah Anda.

10 Tanda Menerima Diri Sendiri 15.58

alam hidup sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan atau anjuran untuk menerima diri sendiri apa adanya, siapapun kita. Anjuran ini terdengar indah, namun kadang sukar dilakukan.

Menurut John Powell dalam bukunya Happiness Is an Inside Job, menerima diri sendiri mengandung arti kepuasan yang penuh suka cita menjadi saya.
Tanda-tanda menerima diri sendiri itu bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Ada 10 tanda yang menurut John Powell tampak dalam diri orang-orang yang menerima diri mereka seperti apa adanya.
Dengan mengetahui tanda-tanda ini, kita bisa belajar untuk menerima diri sendiri apa adanya, siapa pun kita. Cantik atau jelek, pintar atau bodoh, atau biasa-biasa saja.

1. Selalu bahagia

Bahagia disini dalam pengertian tidak membandingkan dirinya dengan orang lain. Para ahli mengatakan, dengan membandingkan diri berarti matinya rasa kepuasan diri yang sejati.
Pada orang yang menerima diri apa adanya, tidak banyak hal yang membuatnya tidak bahagia. Jika ada orang yang mengkritik, orang yang menerima diri akan menganggap, bahwa itu adalah masukan yang berguna bagi pertumbuhan pribadinya. Dia akan berpandangan bahwa kritik yang sehat adalah sarana untuk memajukan diri sendiri menjadi pribadi yang lebih bijak dan berwawasan

2. Mudah bergaul dengan orang lain

Semakin besar rasa menerima diri sendiri, semakin senang kita berada di tengah orang lain karena kita merasa orang-orang itu juga menerima kita, dan senang bersama kita. Perasaan ini mambuat kita masuk ke ruang yang penuh orang dengan rasa percaya diri. Kita menganggap diri kita sebagai pemberian untuk diterima orang lain dan orang lain sebagai pemberian untuk kita terima dengan lemah lembut.
Tapi, disaat sendiri, orang yang menerima diri apa adanya juga tetap gembira. Keadaan yang tidak ada orang lain itu terasa damai dan tenteram baginya. Sebaliknya, bagi yang tidak menerima diri sendiri, keadaan sendiri itu berarti sepi dan menyedihkan. Orang yang sendiri, kesepian, kosong, akan mencari penangkal-penangkal kesepian.

3. Terbuka untuk dicintai dan dipuji

Kalau kita menerima eksistensi kita sendiri sebagai pribadi, maka kita seyogyanya juga berpikiran terbuka, tidak merasa curiga kalau seseorang dengan tulus memuji kita. Karena dalam hidup ini, kita semua belajar untuk mengatasi kelemahan2 diri sendiri, tapi sebaliknya juga terbuka untuk pujian atas kelebihan2 kita.

4. Mampu menjadi diri sendiri yang sejati

Jika kita benar-benar menerima diri sendiri apa adanya, kita akan memancarkan keunikan yang hanya dapat memancar dari penerimaan diri sejati. Dengan kata lain, sebelum mampu menjadi diri sendiri, kita harus bisa menerima diri sendiri dulu. Contohnya, jika kita mencintai atau mengagumi orang lain, maka kita akan bersikap tulus, menyampaikan kesukaan dan kekaguman secara wajar padanya. Kita tidak usah takut salah paham atau salah tafsir dengan ke-terus terangan kita

5. Mampu menerima saya yang saat ini, hari ini

Saya yang kemarin adalah sejarah. Saya yang hari esok belum diketahui. Saya terlepas dari masa lalu. Saya adalah siapa saya hari ini. Sekarang ini. Siapa saya dimasa lalu, termasuk semua kesalahan saya, sudah tidak penting.
Mengingat secara terus menerus kesalahan yang kita buat dimasa lampau hanya akan membuat kita menghakimi diri sendiri dengan keras.

6. Dapat menertawai diri sendiri dengan mudah

Terlalu serius dengan diri sendiri merupakan pertanda kita merasa tidak aman. Ada pepatah Cina kuno yang mengatakan, “Berbahagialah mereka yang dapat tertawa kepada diri mereka sendiri. Mereka tidak akan pernah berhenti dihibur.” Orang yang mampu menertawai diri sendiri akan bisa menerima dan mengakui kelemahan dan kebodohanya.

7. Mampu mengenali dan mengurusi kebutuhan-kebutuhannya sendiri

Orang yang menerima dirinya sendiri mengenal kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Mengabaikan kebutuhan diri sendiri adalah langkah bunuh diri. Kita bisa mengenali kebutuhan diri sendiri kalau kita mencintai dan sayang pada diri sendiri. Rasa sayang ini akan membuat kita juga mampu menyayangi dan menghormati orang lain secara wajar.

8. Mampu menentukan nasib sendiri

Orang yang menerima diri sendiri mengambil petunjuk dari dalam dirinya sendiri. Bukan dari orang lain. Jika kita benar-benar bergembira dengan diri sendiri, kita akan melakukan apa saja yang kita pikir baik dan selaras. Bukan menurut apa yang dikatakan atau dipikirkan orang lain.

9. Bisa berhubungan dengan kenyataan

Sikap menerima diri sendiri membuat kita tidak suka melamun atau mengkhayalkan seandainya hidup kita seperti orang lain. Kita menerima dengan tabah kenyataan2 dalam hidup ini dengan tetap berpegang pada logika kita

10. Bersikap tegas

Orang yang menerima dirinya sendiri tegas dalam menyatakan sesuatu. Kita dengan tegas menyatakan hak2 kita untuk dipandang secara serius. Hak untuk berpikir dan memilih. Kita juga tidak merasa terpaksa mengalah atau terpaksa menjadi penolong orang yang tidak berdaya. Banyak orang enggan bersikap tegas karena takut keliru. Kita pendam semua pendapat dan keinginan kita. Menerima diri dengan gembira menantang kita bersikap tegas dalam menyatakan sesuatu. Menghormati diri sendiri. Menyatakan diri secara tulus dan berani bersikap terbuka.

Pengawetan Bunga Potong 09.21



Kualitas bunga potong dilihat dari lamanya umur relatif bunga potong dalam keadaan tetap segar dan indah setelah dipotong dari tanaman induk dan memiliki karakteristik daya tarik / keindahan visual seperti aroma, tekstur bunga, tangkai, daun dan lain-lain. Dalam menjaga keadaan bunga potong sehingga tetap segar dan indah dilakukan usaha pengawetan. Jadi, yang dimaksud dengan istilah “pengawetan” disini sesungguhnya adalah upaya memperpanjang masa segar bunga atau bagian tanaman lainnya yang telah dipotong. Prinsip perlakuan dalam rangka pengawetan bunga potong adalah :

a. Penambahan makanan

b. Penurunan pH air/ menambah keasaman air

c. Menghambat proses pembusukan/perkembangbiakan bakteri

A. Penambahan Makanan

Setelah dipanen, proses fotosintesis akan berkurang karena keadaan yang memadai untuk proses itu tidak tercapai lagi, bersama itu pula tanaman tersebut tidak dapat memproduksi karbohidrat sedangkan konsumsinya tetap berlangsung melalui proses respirasi ((karbohidrat) + O2 à CO2 + H2O). Bila cadangan karbohidrat tidak mencukupi, maka bunga potong akan layu dan mati lebih dini. Ciri-cirinya : daun menguning dari bawah sampai ke atas dan rontok satu-persatu, warna bunga memucat dan petalnya menjadi tipis/kurus. Untuk menggurangi proses ini, maka bunga potong harus diberi tambahan karbohidrat yang berupa gula (Sukrosa-gula putih). Bentuk molekul sukrosa adalah yang paling efisien/siap pakai untuk tanaman, dan memudahkan ditransportasikan dalam sel-sel tanaman. Takarannya 1-2% gula/liter air bersih (10-20 g/l)

B. Penurunan pH Air/ Menambah Keasaman Air

Dari berbagai hasil penelitian, ternyata bunga potong umumnya menyerap air secara maksimum bila pH air 3,5 – 4,5. Penyerapan air sangat penting untuk menanggulangi dehidrasi yang disebabkan oleh evapotranspirasi (penguapan air dari permukaan tanaman terutama daun dan bunga). Dehidrasi menyebabkan kelayuan, daun/bunga yang kering/”terbakar”. Untuk mencapai pH yang ideal digunakan:

1. Asam sitrat 200 – 600 ppm (200 – 600 mg/liter)

2. Asam benzoat 200 – 600 ppm (200 – 600 mg/liter)

3. Alumunium sulfat 200 – 300 ppm (200 – 300 mg/liter)

Untuk mengukur pH air pergunakan pH meter atau kertas lakmus yang banyak dijual di Apotik, toko kimia, dan toko-toko keperluan sekolah. Asam sitrat (Citric Acid/Citrun Zuur) dan Asam benzoat juga mempunyai sifat antibiotik yang mengurangi perkembangbiakan bakteri. Alumunium sulfat berguna untuk air yang kesadahannya tinggi (banyak mengandung zat kapur, magnesium). Pemakaian bahan-bahan tersebut dapat dikombinasikan.

C. Menghambat Proses Pembusukan/Perkembangbiakan Bakteri

Air yang dipakai untuk “merendam” tanaman biasanya tidak steril. Bunga potong yang direndam air merupakan bahan organik yang menjadi media pertumbuhan bakteri tersebut. Hal-hal yang tidak diinginkan adalah pembusukan yang menyebabkan bau yang tidak enak. Bakteri yang ada akan menyumbat saluran vaskular, sehingga air tidak dapat diserap oleh tanaman dan menyebabkan kelayuan. Untuk menghindari hal ini, pakailah air yang bersih ditambah bahan pengawet dan buanglah daun-daun yang akan terendam air. Bakteri-bakteri ini juga menjadi penyebab timbulnya gas ethylene yang sangat berbahaya untuk bunga potong. Bahan-bahan yang umumnya dipakai adalah:

1. 8-HQS (8-Hydroquinoline sulphate)/8-HQC (8-Hidroquinoline citrate), biasanya dipakai 200 ppm ( 200 mg/liter).

2. Physan-20, 200 ppm (200 mg/liter).

3. Perak nitrat (AgNO3 50 ppm (50 mg/liter), harganya sangat mahal.

4. PTS (Perak Tiosulfat) 50 – 100 ppm (50 – 100 mg/liter).

5. Sodium hipoklorit 4 ppm. Zat ini terkandung dalam cairan pemutih (clorox) dengan konsentrasi 5 %. Bila menggunakan cairan pemutih, gunakan 3 tetes/liter air atau 0,1 % (1 m/liter air).

Penggunaan zat-zat di atas yang berlebihan akan berakibat buruk, tetapi pemakaian bahan-bahan tersebut dapat dikombinasikan.

Tips Praktis :

v Pemakaian Bahan Pengawet

Sangat penting untuk diketahui bahwa bahan pengawet yang dipakai mengandung semua unsur yang menjadi sumber makanan, penurunan pH air dan menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Campuran gula dengan asam sitrat/asam benzoat sudah memenuhi ketiga syarat di atas. Bentuknya yang kering dan bubuk mempermudah pemakaian dan harganya relatif sangat murah. Gunakan selalu wadah yang terbuat dari bukan logam. Bunga potong ditaruh dalam larutan pengawet minimal selama 1 jam (4 jam optimum). Bunga-bunga yang sangat sensitif terhadap ethylene ( seperti Carnation, Ghypsophilla, Lily dsb) harus dirawat dengan PTS/AgNO3. Bila sudah diketahui berapa perbandingan bahan-bahan pengawet untuk dilarutkan ke dalam air dari tiap-tiap lokasi (kualitas air berbeda disetiap tempat), maka bahan-bahan tersebut dapat dibuat pre-mixed dan dipakai menurut takaran yang telah dicoba. Ingat, semua pangkal bunga potong harus terendam air larutan tersebut.

v Air Bersih

Hendaknya tidak mengandung padatan terlarut (TSS) lebih dari 200 ppm. Ketahuilah kadar fluoride dan chlorine di dalam air yang dipakai, karena banyak tanaman yang sangat sensitif. Kadar fluoride dan chlorine tinggi banyak didapatkan di daerah-daerah volkanis. Punice, batu lahar, batu apung sangat tinggi kadar fluoridenya, juga perlite. Air yang kesadahannya tinggi dapat dicampur dengan Alumunium sulfat. Ca2+ Mg2+ akan mengendap setelah tercampur Alumunium sulfat. Ingat, endapan tersebut harus dipisahkan terlebih dahulu sebelum air dipakai untuk menaruh bunga potong. Air yang berbau tidak enak harus dihindari pemakaiannya.

Sirih Merah Atasi Diabetes 14.13


Di balik penampilannya yang aduhai, ternyata daun sirih merah mampu atasi banyak penyakit. Keluarga dari tanaman Piper crocatum ini disinyalir mampu mengurangi efek diabetes mellitus, kanker payudara, maag akut, batu ginjal, ambeien, serangan jantung dan stroke. Sebagai tanaman obat, tumbuhan ini telah dikenal sejak dahulu oleh orang-orang keraton. Permukaan daun yang berwarna keperakan dan mengkilap saat tertimpa cahaya mampu kurangi beban banyak penyakit. Upaya penyembuhan melalui daun ini biasanya dimulai saat tumbuhan telah berumur empat bulan.

Saat itu, tanaman sirih merah, paling tidak telah memiliki daun hingga 20 buah. Di masa itu, daun akan terlihat lebar dengan panjang hingga 20 cm. Daun pada masa itu akan terasa kaku dan tebal. Biasanya semakin tua warna daun akan semakin baik khasiatnya.
Selesai dipetik, daun bisa dibersihkan dahulu dari berbagai kotoran. Kemudian direndam dalam air selama 30 menit. Langkah berikutnya daun dipotong tipis, lalu dikeringkan dengan angin, selama satu jam. Setelah kering, simpan daun dalam plastik kering. Hasil pengeringan ini yang bisa dipergunakan bila diperlukan.
Cara menggunakannya dengan merebus potongan daun. Setelah rebusan dingin dan disaring, minum hasil rebusan untuk sembuhkan penyakit.

Hukum Kekekalan Energi 11.21



Bagiku kehidupan ini penuh dengan aliran energi. Menurut ilmu fisika, suatu energi bersifat kekal. Artinya energi tidak dapat dimusnahkan. Energi dapat berubah bentuk dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi lainnya. Misalkan saja energi listrik yang dapat berubah bentuk menjadi energi panas dan energi cahaya seperti yang kita temui pada lampu. Dalam kasus ini energi listrik yang digunakan tidak musnah begitu saja melainkan mengalami perubahan ke bentuk energi yang lain dengan nilai / besaran yang setara.
Dalam kehidupan ini aku mempercayai bahwa ada bermacam bentuk energi, ada energi semangat, energi kesedihan, energi cinta, energi uang, energi kesehatan, energi kedamaian, dan berbagai bentuk energi lainnya. Energi-energi tersebut pun dapat berubah menjadi berbagai bentuk energi lainnya. Dalam setiap aktifitas yang dilakukan sehari-hari juga akan selalu melibatkan energi. Untuk dapat beraktifitas, seseorang pasti membutuhkan energi. Dan energi yang digunakan untuk melakukan aktifitas tersebut akan mengalami perubahan bentuk ke suatu bentuk energi yang berbeda tetapi dengan nilai / besaran yang setara. Dengan kata lain, aktifitas di sini berperan dalam proses perubahan bentuk energi.
Dengan pemahaman semacam ini, aku jadi semakin berhati-hati dalam melakukan suatu atifitas. Jangan sampai aktifitas yang aku lakukan justru memnculkan suatu energi yang malah merugikan kehidupanku. Misalkan saja aktifitas berbohong. Bisa jadi energi hidup yang aku gunakan untuk melakukan aktifitas semacam ini justru akan menghasilkan suatu bentuk energi yang berdampak negatif bagi kehidupanku.
Dalam bekerja pun aku jadi makin bertanggungjawab. Jangan sampai energi uang yang aku terima setiap bulannya sebagai upah dari kerjaku justru tidak sebanding dengan energi yang aku gunakan selama aku bekerja. Jangan sampai selisih kekurangan energi tersebut justru akan memunculkan suatu bentuk energi negatif yang mengganggu tataran kehidupanku. Lebih baik aku mengerjakan sesuatu yang melebihi upah yang aku terima, dengan demikian aku memiliki tabungan energi positif bagi hidupku, dari pada aku harus mengerjakan sesuatu seadanya dan asal-asalan tetapi menerima upah layaknya seseorang yang bekerja penuh totalitas.
Aku jadi ingat kata mutiara yang berbunyi "MEMBERI adalah lebih baik dari pada MENERIMA". Bisa jadi kelebihan energi yang dikeluarkan untuk hal-hal positif akan mendatangkan kembali energi-energi positif dalam hidup, karena memang hakikat dari energi itu bersifat kekal.
Apakah kelebihan energi yang kita miliki merupakan kelebihan energi positif atau justru kelebihan energi negatif? Pertanyaan semacam ini rasanya layak untuk terus ditanyakan di setiap langkah kehidupan kita :)

obesitas 11.46


Problem perut gemuk merupakan problem yang sangat populer, sehingga selalu menarik untuk dibahas. Problem ini umumnya terjadi pada orang-orang diatas 25 tahun. Artinya, kalau usia sudah diatas 25 tahun, hampir selalu masalah perut gemuk ini muncul. Seiring dengan kenyataan ini, beragam cara untuk mengatasinya pun ditawarkan, mulai dari yang konservatif sampai yang instan seperti sedot lemak dan sebagainya. Begitu pula, berbagai peralatan yang katanya ’sakti’ ditawarkan dalam iklan-iklan yang menggiurkan.

Pertama-tama sebelum membahas masalah ini lebih jauh, mari kita luruskan dulu niat kita. Mengapa kita ingin perut kita langsing? Jawaban kita merupakan ukuran kualitas diri kita. Salah satu jawaban yang cukup bagus adalah agar tubuh kita tetap sehat (karena konon orang yang gemuk itu relatif lebih rawan penyakit) dan juga agar tubuh kita tetap lincah, gesit dan trengginas. Du-ileh…

Setelah saya membaca beberapa artikel seputar tips melangsingkan perut, saya bisa mengambil sebuah benang merah. Untuk membuat perut tetap langsing atau menjadi langsing, beberapa tips berikut ini bisa dicoba.

Tips pertama adalah pola makan yang baik.

1. Jangan makan berlebihan. Ingat resep dari Rasulullah: ’1/3 untuk makanan, 1/3 untuk air, 1/3 untuk udara’ (itu maksimal lho). Jika melebihi itu, lama-lama lambung dan usus kita katanya bisa melar.

2. Prinsip ’energy in = energy out’. Energi yang terkandung dalam makanan yang kita asup tidak boleh lebih dari energi yang kita keluarkan. Karena itu, kebutuhan makan tiap orang memang berbeda-beda. Tergantung aktivitasnya. Pekerja berat seperti kuli bangunan, kuli angkut, dan petani pasti banyak kan makannya. Berbeda dengan seorang bos atau owner sebuah perusahaan yang mapan, yang biasa disebut sudah ’passive income’ (nggak kerja pun pundi-pundi uang terus mengalir ke sakunya). Untuk menerapkan prinsip ’energy in = energy out’ ini, ada cara praktis dari Rasulullah yaitu makanlah ketika merasa lapar dan berhentilah makan sebelum kekenyangan. Ini artinya kita mengikuti ritme tubuh kita. Kalau kita merasa lapar, itu berarti tubuh kita sedang butuh energi kan. Tapi, jangan sampai kekenyangan karena jika sampai kekenyangan berarti itu sudah melebihi kebutuhan. Ya kan?

3. Hindari terlalu banyak mengkonsumsi makanan-makanan berlemak tinggi, baik itu lemak hewani maupun lemak nabati. Demikian pula karbohidrat, jangan dikonsumsi secara berlebihan. Sesuaikan dengan kebutuhan (energy in = energy out). Sebagai gantinya, perbanyak mengkonsumsi makanan-makanan sumber protein, buah-buahan dan sayur-sayuran. Juga, jangan terlalu banyak mengkonsumsi minuman-minuman selain air putih, terutama yang manis-manis. Sebab, air putih katanya adalah minuman yang paling aman. Karena itu, banyak minum air putih katanya tidak apa-apa, maksudnya tidak berbahaya. Asalkan berlebihannya nggak kebangetan juga kan?

4. Banyak berpuasa sunnah. Tapi ingat, malamnya nggak boleh balas dendam. Kalau puasa tapi malamnya melahap makanan tanpa batas ya sama saja. Dan itu sepertinya pertanda kalau puasanya kurang ikhlas. Habis, pakai balas dendam segala sih…

Tips kedua adalah olahraga yang memadahi.

1. Lakukan olahraga ’super kardio-aerobik’, maksudnya adalah olahraga yang paling bikin jantung kita terpacu dan bikin kita tersengal-sengal seperti lari, renang, sepakbola, dan sebagainya. Katanya ini cara paling cepat untuk membakar lemak-lemak di tubuh kita. Makanya, nggak ada kan pelari maraton yang gemuk. Habis, semua lemaknya habis terbakar oleh ribuan kilo jalan yang ia lalui dengan berlari.

2. Lakukan olahraga penguatan otot-otot tubuh, terutama otot-otot perut (seperti sit-up, bentuk v, dsb). Yang lebih baik adalah pembentukan semua otot-otot tubuh secara merata, tidak hanya perut semata. Dan yang penting, repetisi alias keteraturannya. Jangan banyak tapi cuma sekali atau dua kali saja, habis itu nggak sama sekali. Lebih baik nggak terlalu banyak tapi teratur (asal jangan terlalu sedikit lho ya).

Tips ketiga adalah hindari stress. Konon, stress bisa menghasilkan hormon-hormon tubuh yang memicu kegemukan. Cara paling jitu untuk menghindari stress adalah dengan santapan-santapan ruhani seperti banyak berdoa, membaca Al-Qur’an, rajin shalat, banyak silaturahim, murah senyum, menjaga diri dari penyakit-penyakit hati, me-manage segala sesuatu dengan baik, dan mencari solusi yang rasional dan relijius bagi setiap permasalahan yang menimpa diri kita.

Terakhir, santai saja melakukan semua ini. Katanya, tubuh satu orang dengan orang yang lainnya berbeda-beda dalam karakternya untuk menyimpan lemak tubuh yang berlebihan. Ada yang menyimpannya pada seluruh bagian tubuh secara merata. Ada yang di bagian kaki. Dan yang banyak, katanya, adalah di bagian perut. Jadi kalau kita melakukan usaha pelangsingan tubuh, sangat bisa jadi yang terakhir kali menjadi langsing adalah perut kita. Soalnya, lemak di perut tuh katanya yang paling bandel. Tuh kan?

PUDARNYA CAHAYA CLEOPATRA 10.02

Pudarnya Cahaya Cleopatra

RAIHANA
(diambil dari buku “Pudarnya Cahaya Cleopatra”)

Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalan kandungan aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal.” Ibunya Raihana adalah teman karib ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu”
kata ibu.

“Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu” , ucap beliau dengan nada mengiba.

Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.

Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya. Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun.

Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali.
Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, “cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli ! kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia.

Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari pernikahan datang. Duduk dipelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta, Pestapun meriah dengan emapt group rebana. Lantunan shalawat Nabipun terasa menusuk-nusuk hati. Kulihat Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan jiwaku meronta. Satu-satunya harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas baktiku pada ibuku yang kucintai.
Rabbighfir li wa liwalidayya!

Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya.
Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku. Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang.

Mulailah kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing. Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja. Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang kerja.
Aku merasa hidupku ada lah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia.

Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab ” tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga” Ada kekagetan yang kutangkap diwajah Raihana ketika kupanggil ‘mbak’, ” kenapa mas memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa mas sudah tidak mencintaiku” tanyanya dengan guratan wajah yang sedih. “wallahu a’lam”
jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, “Kalau mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas ucapkan akad nikah?

Kalau dalam tingkahku melayani mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak bilang dan menegurnya, kenapa mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk membahagiakan mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku didunia ini”.
Raihana mengiba penuh pasrah. Aku menangis menitikan air mata buka karena Raihana tetapi karena kepatunganku. Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang asing tetapi Raihana tetap melayaniku menyiapkan segalanya untukku.

Suatu sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai dirumah habis maghrib, bibirku pucat, perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi, Memang aku berangkat pagi karena ada janji dengan teman.
Raihana memandangiku dengan khawatir. “Mas tidak apa-apa” tanyanya dengan perasaan kuatir. “Mas mandi dengan air panas saja, aku sedang menggodoknya, lima menit lagi mendidih” lanjutnya. Aku melepas semua pakaian yang basah.
“Mas airnya sudah siap” kata Raihana. Aku tak bicara sepatah katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa membawa handuk, tetapi Raihana telah berdiri didepan pintu membawa handuk. “Mas aku buatkan wedang jahe” Aku diam saja. Aku merasa mulas dan mual dalam perutku tak bisa kutahan. Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit pundak dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. ” Mas masuk angin. Biasanya kalau masuk angin diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu?” Tanya Raihana sambil menuntunku ke kamar. “Mas jangan diam saja dong, aku kan tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membantu Mas”. ” Biasanya dikerokin” jawabku lirih. ” Kalau begitu kaos mas dilepas ya, biar Hana kerokin” sahut Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku seperti anak kecil yang dimanja ibunya. Raihana dengan sabar mengerokin punggungku dengan sentuhan tangannya yang halus. Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku semangkok bubur kacang hijau. Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. Kulihat Raihana duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan khusyu. Aku kembali sedih dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis gadis-gadis mesir titisan Cleopatra.

Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan malam di istananya.” Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku perkenalkan denganmu” kata Ratu Cleopatra. ” Dia memintaku untuk mencarikannya seorang pangeran, aku melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu”. Aku mempersiapkan segalanya. Tepat puku 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona Zaki dengan pakaian pengantinnya, cantik sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk di kursi yang berhias berlian.

Aku melangkah maju, belum sempat duduk, tiba-tiba ” Mas, bangun, sudah jam setengah empat, mas belum sholat Isya” kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan perasaan kecewa. ” Maafkan aku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum sholat Isya” lirih Hana sambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai sholat malam. Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus. Aku jadi semakin tidak suka sama dia, dialah pemutus harapanku dan mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah, bukankah dia berbuat baik membangunkanku untuk sholat Isya.
Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol. Aku belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra.

” Mas, nanti sore ada acara qiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dieluk-elukan keluarga tidak datang” Suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe.
Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. ” Maâf..maaf jika mengganggu Mas, maafkan Hana,” lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang kerja. ” Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din..Dinda Hana!, panggilku dengan suara parau tercekak dalam tenggorokan. ” Ya Mas!”
sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil “dinda”. ” Matanya sedikit berbinar. “Te..terima kasih Di..dinda, kita berangkat bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah,” ucapku sambil menatap wajah Hana dengan senyum yang kupaksakan.

Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar dibibirnya. ” Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?”.
Hana begitu bahagia.

Perempuan berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya memasang wajah masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak sukanya belum pernah. Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku memaki-maki diriku sendiri atas sikap dinginku selama ini., Tapi, setetes embun cinta yang kuharapkan membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan aura titisan Cleopatra itu? Bagaimana aku mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling membenci diriku sendiri di dunia ini.

Acara pengajian dan qiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. ”
Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga! Sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan bundaku serta kerabat yang lain. Wajah Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku menangis disebut pasangan ideal.

Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik dikampusnya dan hafal Al Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang dari detik ke detik meneteskan rasa bahagia.

Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana.
Sambutan sanak saudara pada kami benar-benar hangat. Aku dibuat kaget oleh sikap Raihana yang begitu kuat menjaga kewibawaanku di mata keluarga. Pada ibuku dan semuanya tidak pernah diceritakan, kecuali menyanjung kebaikanku sebagai seorang suami yang dicintainya. Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku sendiri dibuat pusing dengan sikapku. Lebih pusing lagi sikap ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang keturunan. ” Sudah satu tahun putra sulungku menikah, koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal aku ingin sekali menimang cucu” kata ibuku. ” Insya Allah tak lama lagi, ibu akan menimang cucu, doakanlah kami. Bukankah begitu, Mas?” sahut Raihana sambil menyikut lenganku, aku tergagap dan mengangguk sekenanya.

Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku. Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri. Raihana hamil. Ia semakin manis. Read the rest of this entry »