Zulfa Blog's

Gallery
















Menjadi Positive Thinker 16.03

Anda adalah *positive thinker* jika Anda berani dan mandiri.

*Memahami Emosi*

Anda adalah *positive thinker* jika Anda menghadapi emosi negatif dengan
kemauan untuk belajar. Jika Anda memahami, bahwa emosi adalah sinyal yang
menjadi salah satu panduan dalam menentukan perilaku.

Anda adalah *positive thinker* jika Anda bisa melihat dan merasakan bahwa
emosi adalah pesan. Jika Anda merasa nyaman, Anda tahu bahwa Anda telah
mengerjakan hal yang benar, dan Anda meneruskan atau mengulanginya. Jika
Anda merasa tidak nyaman, Anda tahu ada sesuatu yang salah. Anda tahu bahwa
Anda harus berhenti, melakukan analisis terhadap perilaku diri, belajar dari
kesalahan, merubah strategi, dan kemudian melanjutkan hidup Anda.

Anda adalah *positive thinker* jika Anda mau belajar memahami emosi Anda.

*Action Oriented*

Anda adalah *positive thinker* jika Anda berorientasi pada tindakan. Jika
Anda melihat kekurangan, Anda bertindak untuk mengisinya. Jika Anda
menghadapi hambatan, Anda bertindak untuk menyingkirkannya. Jika Anda
merasakan ancaman, Anda bertindak untuk mengantisipasinya. Jika Anda melihat
peluang, Anda bertindak untuk mengambilnya. Jika Anda merasa berkelebihan,
Anda bertindak untuk mempertahankan dan berbagi dengan orang lain.

Anda adalah *positive thinker* jika tidak terpaku dan berhenti hanya pada
retorika *"Saya bisa!" "Saya bisa!" "Saya bisa!"*

Anda adalah *positive thinker* jika Anda melanjutkannya dengan berkata: *"Sikat
bleh…!"*

*Bersyukur dan Bersabar*

Anda adalah *positive thinker* jika Anda membiasakan diri untuk yang
bersyukur di kala senang dan bersabar di kala susah.

*Jebakan Negative Thinking*

*Positive thinking* adalah sesuatu yang jelas lebih baik. Ia lebih identik
dengan kebahagiaan dan kesuksesan. Mengapakah masih banyak orang yang
terjebak pada *negative thinking *?

Kebiasaan berpikir negatif yang dilakukan dan terjadi bertahun-tahun, bisa
menjadi jalan hidup. Saat berpikir negatif telah menjadi jalan hidup, maka
itulah jalan hidup yang normal bagi* negative thinker* . Dengan jalan hidup
yang dianggap normal itu, mereka merasa bahwa apa yang perlu diubah adalah*dunia
*, bukan *diri* mereka sendiri.

Bukankah jauh lebih mudah mengubah diri sendiri dari pada dunia dan
seisinya?

Memahami kenyataan itu dengan lebih baik, akan menaikkan kecerdasan emosi
Anda, kecerdasan spiritual Anda, dan sekaligus kecerdasan intelektual Anda.
Itu artinya, Anda akan menaikkan kecerdasan individual Anda, kecerdasan
sosial Anda, dan bahkan kecerdasan finansial Anda.

Bukankah itu semua yang akan membuat Anda sukses dan berbahagia?

Oleh sebab itu, waspadailah jebakan *negative thinking* yang akan membuat
hidup Anda menjadi sengsara dan lebih sulit dari semestinya. Kebahagiaan dan
sukses Anda ada di depan mata, dan untuk mendapatkannya Anda tidak perlu
merubah dunia. Ubahlah diri Anda.

Jika Anda tidak ingin memilih jalan hidup sebagai *negative thinker*, tips
dari Chuck Gallozzi berikut ini bisa Anda pelajari dan pahami.

*Kesalahan atau Kegagalan*

Berhentilah untuk terus mengatakan:

*"Ya sudahlah, Saya memang begini."
"Saya memang loser."
"Gua emang salah mulu!"
"Saya ternyata bodoh."
"Gagal maning gagal maning…"*

(Itu sebabnya si Ucil selalu berhasil)

Ketahuilah bahwa Anda bukanlah kegagalan itu sendiri, ketahuilah bahwa Anda
bukan kebodohan itu sendiri. Anda tidak serta merta menjadi gagal atau bodoh
hanya karena rencana yang meleset. Anda hanya mengalami *"temporary defeat"
* alias kekalahan sementara. Semua kegagalan dan kesalahan adalah bagian
dari *training* kehidupan Anda. Salah dan gagal adalah syarat mutlak untuk
mencapai sukses dan bahagia Anda.

*Amarah*

Lepaskan amarah Anda. Ingat, bukan lampiaskan. Amarah akan menyakiti hati
orang lain. Lebih dari itu, amarah akan menyakiti hati Anda sendiri.
Lepaskanlah amarah Anda dan obati luka hati dengan sikap memaafkan.

*Semangat*

Untuk apapun yang Anda merasa "harus", "mesti", atau "wajib" melakukannya,
ubahlah frasa di kepala Anda menjadi lebih positif. Ubahlah "Saya harus"
menjadi "Saya mau…, sebab…. Jadi…"

*"Saya mestinya menurunkan berat badan"*

gantilah kalimat itu menjadi

*"Saya mau menurunkan berat badan, sebab Saya akan merasa lebih baik,
terlihat lebih baik, panjang umur, dan lebih PD. Jadi, Saya bergabung ke
fitness club dan memperbaiki pola makan." *

*Bisa Atau Tidak Bisa*

Berhentilah berpikir "Saya tidak bisa" sebab itu cuma jalan buntu. Dengan
kalimat itu Anda tidak akan kemana-mana. Katakanlah "Saya akan…, jika…"

*"Saya tidak bisa mengangkat barbel seberat itu"*

gantilah kalimat itu menjadi

*"Saya akan bisa mengangkatnya dalam dua minggu, jika Saya menambah beban
Saya setengah kilo setiap hari." *

*Kendali Emosi*

Satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas emosi adalah diri Anda
sendiri. Orang lain tidak akan menciptakan emosi apa pun pada diri Anda
kecuali Anda membiarkannya.

Orang lain tidak dapat membuat Anda kecewa, frustrasi, atau bersedih hati,
kecuali Anda membolehkannya. Jika itu terjadi, maka itu terjadi karena Anda
membiarkannya. Terjadi atau tidak terjadi, adalah pilihan Anda sendiri.

Jika Anda bertemu dengan orang yang membuat *mood* Anda rusak, berhentilah
untuk bereaksi secara spontan sehingga Anda marah atau kecewa. Berdiam
dirilah sebentar, pikirkanlah apa yang membuat orang itu merasa tidak nyaman
sehingga ia merasa perlu memprovokasi Anda.

Ketahuilah, bahwa orang yang demikian sebenarnya sedang memerlukan
restorasi, pembaharuan, revitalisasi, *recharge*, atau bahkan nasehat. Anda
bisa berperan dan menyumbangkan sesuatu baginya. Itulah yang membuat Anda
merasa berguna.

*Sensitifitas*

Jangan terlalu sensi, jadilah kuat. Berhentilah menginterpretasikan
pandangan dan bicara orang sebagai serangan. Ingatlah bahwa mereka hanya
memandang dan berbicara. Itu saja. Orang yang kasar dan keras kepada Anda
sekalipun, belum tentu tidak menyukai Anda. Bisa jadi, mereka justru sayang
dan cinta kepada Anda.

Apa yang sering terjadi adalah seperti contoh berikut ini.

Saat Anda merasakan boss Anda bersikap buruk kepada Anda, bukanlah kejadian
itu yang membuat Anda merasa buruk. Kejadian itu hanya memicu pengalaman
masa lalu Anda, misalnya saat Anda kecil, ketika Anda melakukan sesuatu yang
kemudian membuat ayah Anda marah. Itulah yang membuat Anda merasa buruk.
Ayah Anda, jelas sayang dan cinta kepada Anda.

Oleh sebab itu, hiduplah di masa sekarang dan bukan masa lalu. Anda bukan
anak-anak, melainkan manusia yang telah dewasa. Pahamilah bahwa orang itu
boss Anda, dan bukan ayah Anda.

0 komentar: