Zulfa Blog's

Gallery
















Mendidik Anak dengan Dasar Keimanan 13.43

BANYAK orang tua yang mengeluhkan sikap anak-anak mereka yang cuek, bahkan kerap membantah bahkan membangkang jika diperintah. Mereka sedih karena sudah mendidik anak-anak mereka dengan baik.

"Mungkin zaman sudah berbeda ya dengan waktu kita dulu, jadi anak sekarang kerap membantah sebagai bentuk demokrasi," ucap Anto, orang tua dari dua remaja di Bandar Lampung, dalam suatu kesempatan.

Persoalan anak saat ini memang pelik. Ada yang menganggap ulah anak yang suka membantah itu sebagai hal biasa, tetapi ada juga yang memprihatinkannya.

Anak merupakan anugerah dan titipan sang Khalik kepada manusia di muka bumi. Bagaimana cara mendidik anak akan menentukan kehidupan mereka yang tak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.

Sebab, dalam sebuah hadis disebutkan: "Apabila manusia mati maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: Sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shleh yang mendoakannya." (H.R. Muslim dari Abu Hurairah).

Hal itu juga ditegaskan anggota Dewan Dakwah Lampung Ustaz H. Hafi Suyanto, Lc. yang menegaskan anak yang saleh bisa mengantarkan orang tuanya menuju surga, dan sebaliknya.

Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari istri-istri kami dan keturunan kami kesenangan hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."(Q.S. Al-Furqan: 4).

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Q.S. At Tahrim: 6)

Menurut Syekh Muhammad Soleh Uthaimin, apabila telah tampak tanda-tanda tamyiz®MDBU¯ pada seorang anak, selayaknya dia mendapatkan perhatian seserius dan pengawasan yang cukup. Sesungguhnya hatinya bagaikan bening mutiara yang siap menerima segala sesuatu yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal-hal yang baik, ia akan berkembang dengan kebaikan, sehingga orang tua dan pendidiknya ikut serta memperoleh pahala.

Sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan hal-hal buruk, ia akan tumbuh dengan keburukan itu. Maka orang tua dan pedidiknya juga ikut memikul dosa karenanya.

Oleh karena itu, tidak selayaknya orang tua dan pendidik melalaikan tanggung jawab yang besar ini dengan melalaikan pendidikan yang baik dan penanaman adab yang baik terhadapnya sebagai bagian dari haknya. Pendidikan yang diberikan pun harus bernilai keimanan.

Seperti mendidik anak dalam hal terkecil mulai dari makan, yakni tidak mendahului makan sebelum yang lainnya (yang lebih tua, red). Kemudian cegahlah ia dari memandangi makanan dan orang yang sedang makan, dan mencerah anak makan secara tergesa-gesa.

Anak pun hendaknya dilatih untuk tidak bermewah-mewah dalam segala hal termasuk makan (harus pakai lauk ikan, daging dan lain-lain) supaya tidak menimbulkan kesan makan harus dengannya. Juga diajari agar tidak terlalu banyak makan dan memberi pujian kepada anak yang demikian. Hal ini untuk mencegah dari kebiasaan buruk, yaitu hanya mementingkan perut saja.

Pergaulan anak pun harus dijaga agar tidak bermegah-megahan dan bersikap angkuh. Jika hal ini dibiarkan, bisa jadi ketika dewasa ia akan berakhlak demikian. Pergaulan yang jelek akan berpengaruh bagi anak. Bisa jadi setelah dewasa ia memiliki akhlak buruk, seperti suka berdusta, mengadu domba, keras kepala, merasa hebat, dan lain-lain, sebagai akibat pergaulan yang salah di masa kecilnya.

Yang demikian ini dapat dicegah dengan memberikan pendidikan adab yang baik sedini mungkin kepada mereka.

Harus ditanamkan rasa cinta untuk membaca Alquran dan buku-buku, terutama di perpustakaan. Membaca Alquran dengan tafsirnya, hadis Nabi dan juga pelajaran fikih dan lain-lain. Dia juga harus dibiasakan menghafal nasihat-nasihat yang baik, sejarah orang-orang saleh dan kaum zuhud, mengasah jiwanya agar senantiasa mencintai dan meneladani mereka.
Sumber : http://www.lampungpost.com

0 komentar: