Zulfa Blog's

Gallery
















Jeritan Batin 10.11

Sebaik-baik manusia, tidak akan selamanya mereka akan selalu mendengarkan jeritan batin anda. Mengetahui adalah 1 sisi mata uang, sedangkan memahami adalah sisi mata uang yang lain. Tidak selamanya mengenal berarti memahami. Mari kita ingat-ingat adegan interogasi di film action. Meskipun seorang polisi/jaksa sering mengklaim bahwa ia memahami isi hati seorang penjahat, tapi itu tentu hanya sebatas klaim. Karena memang tidak mungkin seorang polisi memahami isi hati terdalam penjahat, sebagaimana dalamnya pengetahuan penjahat tentang isi hatinya. Karena itu bersiaplah kecewa, jika anda berharap simpati pada manusia, berharap manusia memahami kita. Tiada orang yang akan memahami kita seutuhnya. Bersiaplah untuk gigit jari, jika anda menyampaikan isi hati anda pada penduduk bumi. Bahkan jika perlu, rahasiakanlah harapan-harapan anda hanya kepada-Nya, kepada Pemilik langit dan bumi yang menciptakan galaksi dan jagad raya dengan keseimbangan, kepada Maha Pencipta yang menciptakan anda.

Sebaik-baik makhluk bumi, akan jenuh juga bila kita selalu meminta bantuan, bila kita mengadukan kegundahan hati kita. Karena sebagai manusia kita memiliki kapasitas yang terbatas. Kita bukanlah mata air yang selalu segar airnya, tapi mungkin hanya segelas air yang akan cepat jenuh (saturated) dengan beberapa butir garam. Semakin anda memperlihatkan keluh kesah, semakin rendahlah anda dihadapan manusia bumi. Dengan manusia, terbatas apa yang dapat kita minta, terbatas apa yang dapat kita adukan. Hanya kepada Allah kita dapat mengadukan semua lirih doa dan harapan, tanpa batasan, terus menerus. Berbeda dengan permintaan pada manusia yang akan berujung pada penolakan, semakin sering kita memohon kepada-Nya, justru semakin baik posisi kita di hadapan Sang Pencipta.

Kepada Rabb yang menciptakan kita, kita dapat mengadu sepuasnya. Iya, dengan pengaduan yang kecil tentang tali sendal yang putus, hingga harapan akan masa depan yang lebih cerah, harapan akan masa depan yang lebih baik, harapan untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan 'disana', sebelum maut datang dan sebelum kita akan benar-benar sendiri. Dalam sebenar-benar sunyi.


Allah Azza wa Jalla pula lah tempat bermuara semua doa. Karena itu batasilah daftar pengaduan anda pada manusia, jika tidak ingin kecewa.

Manusia sebagai makhluk sosial, tidak dapat lari dari intrik politik, yang berbicara dengan untaian kata dan bermain dengan diksi dan makna. Berselancar dengan seribu argumen dan berlindung dengan berjuta pembenaran. Karenanya bersiaplah untuk menghadapi makhluk-makhluk-Nya yang tentunya seperti saya, seperti anda, tidak sempurna dan suka bermain kata. Meski domain berbeda, politik adalah keseharian manusia. Maka bersiaplah untuk kecewa.

Ketidakpastian hidup. Adalah alasan lain untuk bersegera menyonsong panggilan-Nya. Karena hanya Tuhan-mu yang mengetahui apa yang terjadi besok, apa yang akan terjadi 1 detik ke depan. Mari jadikan ke-tidak-aman-an posisi anda di bumi dengan mendekat kepada penguasa bumi dan penguasa langit.

Maka cukupkanlah menjerit kepada-Nya. Maha Suci Allah Yang Menguasai setiap makhluk-Nya. Dia lah Yang Memegang ubun-ubun makhluknya (Maha Menguasai). Tidak akan berpengaruh rekayasa siapa pun pada diri kita, melainkan hanya kehendak Allah Yang Menciptakan kita lah yang akan berlaku.

Maka cukupkanlah dengan permohonan yang terus menerus kepada Ia. Maha Besar Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Pemberi Rizki, yang memberikan rizki kepada hamba-hamba-Nya dengan kenikmatan yang tiada batas. Rabb Yang menjamin rizki setiap makhluknya. Sebagaimana burung-burung yang berangkat terbang di pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang.

Percayalah, semua permainan dan keluh kesah di bumi ini adalah sementara. Pergantian siang dan malam, pergiliran sehat dan sakit, perubahan sukses dan gagal adalah jalan untuk mengenal-Nya. Sampai suatu saat nanti, kita akan mengerti bagaimana agar tidak pernah kecewa. Dengan membawa berjuta harap, hanya kepada Rabb yang menciptakan kita.

0 komentar: